Senin pagi kau ingin berhenti bekerja, meluncurkan startup, menjadi influencer, dan menerima endorse.
Senin siang kau teringat cicilan dan tagihan, investasi bulanan, tabungan liburan, persiapan menikah, dana darurat.
Senin sore kau ingin pulang tepat waktu, tapi Bos menahanmu, klien menunggu hasil revisi kelima.
Lucia Priandarini menggubah sajak-sajaknya dengan bahasa yang hidup di tengah masyarakat. Dengan mendayagunakan diksi-diksi dan citraan-citraan kekinian, sajak-sajaknya terasa renyah. Di kedalaman kata-katanya termaktub upaya manusia untuk tetap waras dan rileks di tengah kekacauan sosial yang diliputi ketidakpastian.