“Book Descriptions:“Bolehkah aku memanggilmu burung gagak?” Mae mengalihkan pembicaraan dengan spontan. Sehingga Ken tertawa. “Kenapa mesti gagak?” “Itu semacam panggilan sayang. Lagi pula kau berpakaian hitamhitam melulu, aku jadi teringat burung gagak.” Ken tersenyum kecil.
Mae gadis Indonesia memulai kehidupan baru di Sapporo. Di Sapporo ia hanya memiliki satu kawan, Kakek Yoshinaga—tetangga apartemennya, yang selalu meminta dia membacakan surat-surat cinta masa lalu. Mae bahagia, hari-harinya di Sapporo tak terasa muram. Namun di suatu waktu, Kakek Yoshinaga di temukan wafat di kamar mandi.
Kepergian Kakek Yoshinaga yang mendadak, membuat hidup Mae jauh berubah. Dia kemudian bertemu Nenek Osano—seorang nenek tangguh penjual mi ramen. Dia berkenalan dengan Tamia—seorang kawan yang ditabraknya. Tapi yang paling membuat hidupnya semakin pahit-manis adalah ketika dia bertemu Ken, pemuda berantakan dan bertingkah misterius yang tiba-tiba datang menempati apartemen Kakek Yoshinaga.
Ken datang seperti seekor burung gagak. Membawa keburukan, kegelapan hidup keluarganya, tapi di sisi lain dia juga membawa kebaikan buat Mae. Mengajarkan Mae bahwa rasa sakit, rasa kehilangan, rasa bahagia adalah hidup yang sesungguhnya. Bahwa hidup adalah juga sebuah belantara.” DRIVE