“Book Descriptions: Puisi-puisi Willy adalah racikan yang pas antara puisi liris dan kekinian yang riuh dan kacau. Lirisisme menariknya menuju romantik, tetapi kekinian membetotnya ke arah kesantaian. Hantu puisi Indonesia terus menggodanya jadi sepanas Chairil, tetapi Rawamangun hari ini mengajaknya nungguin hujan di Atelir Ceremai. Suatu tarik-ulur terus menerus antara api dan es boba.
Membaca puisi-puisi Willy adalah seperti melihat Chairil Anwar jualan bakso cuanki di masa pandemi, melihat Afrizal Malna magang jadi kasir Indomaret, melihat keseluruhan puisi Indonesia dikemas dalam satu saset kopi susu. Di sana puisi telah menjadi tulang lunak, lama terpanggang hidup dan siap menjadi begitu santai. Seperti kata Willy dalam puisi berjudul Puisi: Sudah menggonjreng di lampu merah. / Pake topeng. Pake motor sport kayu. Pergi ke pasar. / Pasarnya udah ada yang ngatur. Sip.
(Martin Suryajaya, penulis dan doktor filsafat STF Driyarkara)” DRIVE