Islam dalam Tinjauan Madilog: Materialisme Dialektika Logika

(By Tan Malaka)

Book Cover Watermark PDF Icon
Download PDF Read Ebook

Note: If you encounter any issues while opening the Download PDF button, please utilize the online read button to access the complete book page.

×


Size 23 MB (23,082 KB)
Format PDF
Downloaded 612 times
Status Available
Last checked 10 Hour ago!
Author Tan Malaka

“Book Descriptions: Sumber yang saya peroleh buat Agama Islam, inilah yang hidup. Saya lahir dalam keluarga Islam yang taat. Pada waktu sejarah Islam buat bangsa Indonesia masih boleh dikatakan pagi, diantara keluarga tadi sudah lahir seorang Alim Ulama, yang sampai sekarang dianggap keramat! Ibu Bapa saya keduanya taat dan takut kepada Allah dan menjalankan semua sabda Nabi.

Saya saksikan ibu saya sakit menentang malaikat maut menyebut "Djuz Yasin" berkali-kali dan sebagian besar ayat Al-Quran, di luar kepada. Orang kabarkan bapak saya didapati pingsan pada waktu mengambil air sembahyang. Dia sedang menjalankan tarekat, setelah bangun dan sadar, dia bilang berjumpa dengan saya yang pada waktu itu di negeri Belanda. Masih kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al-Quran, dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tidak jarang diceritakannya sejarah piatunya Muhammad bin Abdullah, entah karena apa, mata saya terus basah mendengarnya. Bahasa Arab terus sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu, jitu dan mulia.

Madilog merupakan manifestasi simbol kebebasan berpikir Tan Malaka. Ia bukan dogma yang biasanya harus ditelan begitu saja tanpa reserve. Menurut dia, justru kaum dogmatis yang cenderung mengkaji hafalan sebagai kaum bermental budak/pasif yang sebenarnya. Di sinilah filsafat idealisme dan materialisme ala Barat dan konsep rantau disintesiskan Tan Malaka. Lembar demi lembar ditulisnya dalam suasana kemiskinan, penderitaan, dan kesepian yang begitu ekstrem. Namun, Madiloglah yang menjadi puncak kualitas orisinal pemikiran terbaik Tan Malaka yang dikumpulkannya di Haarlem, Nederland (1913-1919), sampai kelahiran buah pikirannya itu di Rawajati (1943).”